Putra M. Akbar/Republika

Kisah Akbar Mengadu Nasib Di Jalanan Ibu Kota

Dunia anak memang selalu identik dengan kebahagiaan dan keceriaan. Namun, tidak semua anak hidupnya beruntung. Masih ada banyak anak yang harus mengorbankan masa kecilnya karena harus menjadi tulang punggung keluarga.

 

Akbar (9), merupakan salah satu potret anak-anak yang setiap harinya harus mengadu nasib di jalanan Ibu Kota. Di salah satu ruas lampu merah di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Akbar bersama neneknya Eti (60) berjualan makanan ringan yang ditawarkan kepada pengendara yang sedang menunggu lampu merah.

 

Bukan tanpa alasan, anak kecil seperti Akbar harus mengadu nasib dibawah teriknya matahari sejak usia dini. Anak ketiga dari enam bersaudara itu rela berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saudaranya, sementara kedua orang tuanya sudah pergi meninggalkan mereka. "Saya senang membantu nenek berjualan karena uangnya bisa nambahin buat makan adik-adik di rumah," ujar Akbar.

Akbar berjualan di jalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saudaranya.

Akbar biasa berjualan sejak pagi hingga sore hari dengan penghasilan yang tidak menentu setiap harinya. Selama sembilan tahun menjalani kehidupan, dirinya belum mendapatkan kesempatan bersekolah. Hal tersebut karena ada kendala administrasi.

 

Meskipun hidup di jalanan bukan artinya Akbar tidak memiliki cita-cita. Dia memiliki cita-cita ingin menjadi polisi. "Pengen jadi polisi, soalnya gagah dan bisa menolong orang," ujar Akbar sambil tersenyum.

Kisah Akbar Mengadu Nasib Di Jalanan Ibu Kota